Bogor Times- Bagi para pecinta tembakau, pasti mengenal cerutu. Cerutu baru disebut berkualitas premium bila telah memiliki usia yang cukup tua.
Cerutu terbaik sangat mahal harganya. Terdapat banyak alasan mengapa cerutu berbaderol lebih mahal daripada rokok.
Salah satunya karena seluruh proses pembuatan cerutu dikerjakan secara manual, menggunakan tangan. Bukan seperti rokok yang diproduksi massal dengan mesin pabrik.
Baca Juga: Polisi Depok Takut Tangkap Kawanan Maling di Perumahan Sulambayang View Yang Dibekingi Orang Kuat
Selain itu, cerutu juga perlu disimpan dalam kondisi khusus, yaitu pada suhu 18-19ā° Celcius dengan kelembaban udara tak lebih dari 50%.
Pada abad ke-16, pelaut Christopher Columbus dan anak buahnya melihat bangsa Indian merokok lintingan daun-daunan terbungkus kulit jagung dan daun palem.
Gambaran paling dapat dipercaya sebagai bukti aktivitas merokok orang zaman dahulu ada pada keramik Bangsa Maya yang hidup pada 250 SM.
Baca Juga: UAD FAIR Asah Skill dan Jiwa Enterpreneurship Mahasiswa
Sedangkan catatan resmi pertama mengenai tembakau dan aktivitas merokok ada dalam tulisan Raja Inggris, James I.
“Kebiasaan memuakkan, buruk bagi mata, dibenci oleh hidung, berbahaya bagi otak, ancaman terhadap paru-paru.” Demikian komentar sang raja tentang perkenalannya dengan rokok yang dia tulis dalam Counterblaste to Tobacco.
Namun, seorang dokter asal Spanyol, Nicolas Monardes, mengklaim bahwa kandungan tembakau dalam rokok dan cerutu punya efek menenangkan dan menghilangkan rasa sakit.
Baca Juga: UAD FAIR Asah Skill dan Jiwa Enterpreneurship Mahasiswa
Pada akhir abad ke-16 itu juga, aktivitas merokok telah meluas di berbagai benua. Penggunaannya terutama dengan pipa yang terbuat dari tanah liat.
Begitu kepopuleran rokok mencapai benua Asia, bangsa Asia segera berkreasi menggunakan bahan-bahan lokal. Jadilah pipa yang terbuat dari kayu, bambu, bahkan giok dan porselen yang merupakan batu berharga.
Bangsa Arab memodifikasi aktivitas merokok dengan penggunaan tabung berisi cairan yang masih popular hingga sekarang. Kita mengenalnya sebagai Shisha.
Berbeda dengan saudaranya yang semakin naik kelas begitu dikenal orang, sejarah kemunculan rokok sedikit berbeda.
Baca Juga: Usai Rp 3,3 Triliun Digelontorkan, BOS Madrasah Tahun Ini Rp 2,5 Triliun Kembali Disalurkan
Seorang pengemis di Spanyol memunguti puntung-puntung cerutu yang dia temukan di jalan. Sisa-sisa tembakau tersebut dia hancurkan, kemudian gulung kembali dengan rapi dalam potongan kertas.
Artikel Terkait
Terasa Hidup Tak Wajar, Gali Perkarangan Rumah dan Temukan Media Santet
SMP Terpadu dan SMK Bakti Pertiwi Ciampea Lakukan Penanaman Pohon Dalam kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Se
UAD FAIR Asah Skill dan Jiwa Enterpreneurship Mahasiswa
Bapenda Dikeluhkann Warga Kabupaten Bogor, Kasi Sakit Pelayanan Tertunda
Tak Ada Lapangan Bola, Warga dan Mahasiswa Unusia Jakarta Sulap Kebun Sawit Jadi Area Bermain Bola
Sekawanan Maling Teror Warga Perum Sulangbayang View
Polisi Depok Takut Tangkap Kawanan Maling di Perumahan Sulambayang View Yang Dibekingi Orang Kuat
Pentingnya Amanah dan Sikap Adil dalam Islam
"Isap Sedikit Denda Selangit", Hukum Denda Rokok 200 Riyal atau Rp 800 Ribu di Madinah
Asik, Calhaj Reguler Lansia Cukup Tunggu 3 Tahun Untuk Haji