• Minggu, 24 November 2024

Kebid'ahan Ilmu Tajwid, Tidak Ada di Zaman Nabi

- Senin, 1 Agustus 2022 | 21:09 WIB
Tajwid (Azis/Bogor Times)
Tajwid (Azis/Bogor Times)

Bogor Times- Perumusan ilmu Tajwid tidaklah ada di zaman Rosulullah SAW. Karenanya, ilmu tersebut bagian dari bid'ah yang baik karena dinilai sangat bermanfaat.

 Patut diketahui, secajarah mencatat bahwa Abu Muzahim al-Khaqani merupakan penyusun Pertama Ilmu Tajwid.

Imam Abu Muzahim al-Khaqani memberikan pengaruh yang sangat besar pada keberlangsungan ajaran Islam, khususnya dalam ilmu tajwid atau cara membaca Al-Qur’an.

Selain sebagai rujukan paling otoritatif dan valid, Al-Qur’an juga memiliki aturan-aturan secara khusus dalam membaca dan memahaminya.

Menjaga kemurnian dan kesakralan pelafalan bacaannya yang memiliki ciri khas tentu menjadi sebuah keharusan bagi umat Islam.

Selain itu, untuk bisa memahami Al-Qur’an dengan benar, tentu yang diperlukan pertama kali adalah membaca Al-Qur’an dengan benar.

Tanpanya akan sangat sulit untuk bisa memahami Al-Qur’an, atau akan keliru jika memaksa untuk memahaminya.

Dalam hal ini, dibutuhkan yang namanya ilmu khusus yang membahas cara baca Al-Qur’an, yaitu ilmu tajwid.

 

Permulaan Kodifikasi Ilmu Tajwid Ilmu yang membahas cara baca Al-Qur’an ini telah bermula sejak awal mula datangnya Islam, yaitu pada masa Rasulullah.

Sebab, Allah sendirilah yang memerintah untuk membaca Al-Qur’an dengan tajwid dan tartil. Hanya saja, pada masa itu belum ditemukan pengodifikasian secara khusus.

Bacaan-bacaan Rasulullah tentu menjadi referensi paling otoritatif bagi para sahabat. Semua permasalahan tentang cara membaca Al-Qur’an langsung diputuskan oleh mereka berdasarkan arahan secara langsung dari Nabi.

Oleh karenanya, belum ditemukan satu kodifikasi ilmu yang membahas secara khusus tentang cara baca Al-Qur’an saat itu. Cara baca mereka masih kuat dan utuh dengan mengacu pada bacaan Rasulullah secara langsung saat bersamanya.

Masa sahabat pun selesai, dan diganti oleh masa tabiin (orang-orang yang menututi sahabat). Pada masa itu perkembangan Islam semakin luas, tentu juga banyak pemeluknya yang semakin beragam; dari berbagai bangsa dengan tipikal sosial dan geografis yang plural.

Akibatnya, terjadilah asimilasi bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lainnya sehingga banyak umat Islam yang membaca Al-Qur’an dengan gaya dan kehendak sendiri, tanpa metode dan tanpa ilmu. Penyebaran Islam yang terus meluas tidak lantas bersamaan dengan menjadikan pemeluknya bisa membaca Al-Qur’an dengan benar dan tepat sesuai dengan bacaan yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Usman Azis

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Wajib Tau, Penyebab Kemiskinan Pendapat Ulama

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:18 WIB
X