Bogor Times-Kampung Mulyasari adalah kampung yang terletak di bagian barat desa Sukamulya Kec. Sukamakmur Kabupaten Bogor.
Kampung Mulyasari merupakan pemekaran dari Kampung Gunung Sangar yang terletak peris dibawah Kampung Mulyasari.
Pada tahun 2010 sebagian daerah Kampung Gunung Sangar terdampak erosi yang memaksa warganya untuk bermigrasi ke tempat yang lebih aman sebagaimana lokasi hari ini.
Baca Juga: SDN Panaragan Kidul Diduga Lakukan Pungli Besaran Rp 1.1 Juta
Baca Juga: Tim Saber Pungli Polda Jawa Barat Panggil TKSK Parung
Baca Juga: RSUD Cibinong Ganti Direksi, PLT Bupati Bogor Iwan Setiawan Dianggap Offside
Untuk mencapai Kampung Mulyasari pengunjung harus melewati jalan bebatuan terjal sepanjang ± 4 KM dengan melewati dua jalan, Desa Cibadak dengan kondisi jalan aspal rusak sepanjang ± 1 KM dan Desa Sukamakmur dengan kondisi jalan bebatuan terjal sepanjang ± 4 Km.
Kondisi jalan seperti itu sudah barang tentu menjadi kendala besar bagi masyarakat Kampung Mulyasari, pasalnya perjalanan dari hulu ke hilir yang seharusnya dapat ditempuh dengan waktu 10 menit dengan rata-rata kecepatan 30 sampai 35 KM perjam namun kenyataannya mengalami kelambatan waktu tempuh sebesar dua kali lipat dari perjalanan semestinya.
Hal ini jelas dapat menghambat aktivitas warga yang hendak menjual hasil bumi dan/atau membeli kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan harian, sedangkan jika mereka diharuskan menyewa jasa antar-jemput (ojek atau pick-up) harus mengeluarkan biaya minimal Rp. 20.000 untuk sekali antar.
Baca Juga: Silaturrahmi Majelis Desa Cogreg Ingatkan Plt Bupati Bogor, Jangan Hianati Pejuang RI
Baca Juga: Ada 340 Lowongan Kontruksi Proyek RSUD Parung, Warga Desa Cogreg Gigit Jari
Baca Juga: Pedagang Tolak Pungli Ditahan Polisi, Jaringan Aktivis Nusantara: Polisi Sudah Sesuai Prosedur
Juga dengan kondisi jalan seperti itu kerap terjadi kecelakaan di beberapa titik dengan ditemukan beberapa bukti baik lisan (pengalaman masyarakat) maupun lapangan dari beberapa penemuan yang didapati seperti kondisi rerumputan yang terbaring seperti bekas tertindih sesuatu atau kondisi bebatuan besar dengan bekas hantaman kendaraan di beberapa titik rawan.
Sama halnya demikian dengan aktivitas pendidikan anak yang tidak jauh dari kata tertinggal, melihat lokasi sekolah sangatlah jauh dan kondisi jalan yang dapat menguras banyak waktu dan tenaga, oleh karenanya tidak heran jika banyak masyarakat Kampung Mulyasari yang hanya lulusan Sekolah Dasar dan memutuskan untuk bekerja paruh waktu sebagai kuli bangunan, juga didapati sebagian besar dari masyarakat kampung ini yang menjalin hubungan pernikahan usia dini (± 16 tahun).
Artikel Terkait
Ratusan Warga Tak Punya Spiteng, Mahasiswa KKN UNUSIA Jakarta Dampingi Program Pembangunan IPAL Komunal
Kenali Gejala Anak Korban Perundungan, Psikolog Unusia: Selalu Peka Jika Terjadi Perubahan Prilaku Anak
Cegah Perundungan Anak, Mahasiswa KKN UNUSIA Jakarta Ingatkan 7 Adab Persahabatan
Kaprodi Akuntansi Unusia: SDGs Solusi Kemandirian Masyarakat Desa
Mahasiswa KKN Unusia Dorong Pengajuan Pembangunan Spiteng
Lilin Aroma Terapi Banji Order, Mahasiswa Unusia Sumbangsih Saran Gunakan Bahan Minyak Jelanta Pada UMKM
Mahasiswa UNUSIA Jakarta Gelar Edukasi Roasting Kopi
Gelar Kegiatan Perdana, Komunitas Akuntansi Nusantara Kolaborasi dengan Akuntansi Unusia
KKN Unusia Jakarta Renovasi Pesantren
Pembangunan Pendidikan Tak Merata, Mahasiswa Unusia Bantu Tenaga Pendidik