• Jumat, 22 November 2024

BBM Naik, Harga Merangkak, Petani Padi Beralih Tanam ke Jagung

- Kamis, 13 Oktober 2022 | 09:48 WIB
Petani Bawang (Pixabay)
Petani Bawang (Pixabay)

Bogor Times- Harga jagung pipilan kering mulai naik lagi menjadi Rp 4.300-Rp 4.400 per kilogram sejak empat hari lalu.

Sebelumnya, harga jagung pipilan kering hanya Rp 4.000. Namun demikian, harga sebesar itu masih menguntungkan bagi para petani di Majalengka.

Bulan lalu, menurut salah seorang bandar jagung Dedi Supriadi, warga Kelurahan Babakanjawa, Kecamatan Majalengka, harga jagung pipilan kering Rp 4.500-Rp4.600 per kilogram.

Turunnya harga jagung dibanding bulan lalu, diduga akibat banyaknya jagung dari Gorontalo, Sulawesi, yang masuk ke pabrik-pabrik pakan di Cirebon dan Sukabumi yang selama ini disuplai Dedi.

Selain itu, saat ini tengah memasuki panen raya ketiga untuk wilayah perkotaan di Majalengka.

“Sekarang harga memang lagi naik lagi, walaupun harganya tidak semahal sebelumnya karena banyak jagung dari luar Jawa. Sekarang pabrik di Cirebon saja dikirim dari Gorontalo yang harganya lebih murah,” kata Dedi.

Masuknya jagung dari Gorontalo, menurut Dedi, menjadi salah satu faktor turunnya harga jagung petani di Majalengka. Harga jagung Rp 4.400 per kilogram tersebut adalah jagung kualitas bagus.

Sebab, kualitas rendah dan kualitas sedang, harganya hanya Rp 4.300. Bahkan ada yang lebih rendah dari harga tersebut. Untuk jagung giling harganya saat ini Rp 4.700-Rp 4.800 saja diterima di peternak.

Wismayana, petani jagung di Desa Nunuk, Kecamatan Maja, yang baru menjual jagung seharga Rp 4.400 mengatakan, harga sebesar itu bagi petani masih dianggap menguntungkan walaupun keuntungannya tidak besar tahun lalu.

Tahun lalu, di periode yang sama, harga jagung pipilan kering mencapai Rp 5.200 per kg.

“Kalau dibanding tahun lalu, harga sekarang jauh lebih rendah. Namun demi kian keuntungan masih tetap ada,” katanya.

Beralih

Hal senada disampaikan Nana dan istrinya Melih, warga Blok Liunggunung, Desa Kulur, Kecamatan Majalengka yang ditemui tengah memanen jagung di Keluharan Cigasong pada Rabu, 12 Oktober 2022.

Mereka meng aku bersyukur ketika panen, harganya mulai naik dibanding beberapa hari lalu.

“Empat hari lalu harga masih Rp 4.000, sekarang mah sudah mulai naik lagi,” kata Nana.

Menurut mereka, bertani jagung lebih menguntungkan dibanding padi. Tak heran jika kini di sejumlah wilayah banyak petani yang beralih ke bertani jagung dibanding padi.

Sebab, bertani jagung biayanya lebih murah serta pemeliharaan lebih mudah dibanding bertani padi.

Nana mengaku berani menyewa lahan yang sudah cukup lama tidur di Kelurahan Cogasong seharga Rp 2 juta per 125 bata (1.750 m2) setahun untuk ditanami jagung, karena jagung dianggap lebih menguntungkan.

“Kemarin tanam 5 kilogram. Tahun lalu hasil penen luma yan banyak mencapai 6,5 ton. Sekarang juga tanam 5 kilogram,” kata Melih.

Dia menyebutkan, jagung dianggap menguntungkan karena dari 1 kilogram bisa diperoleh 5 kuintal jagung pipilan kering. Harga bibit Rp 100.000 per kilogram.

“Lumayan saja. Hanya pada pemupukan kedua pupuk harus benar-benar banyak,” tutur Melih.

Beralihnya bertani padi ke jagung juga dilakukan para petani di Desa Nunuk, Cengal, dan Cibodas. Di wilayah tersebut hampir semua petani menanam jagung.

Hampir semua gunung dan sawah guludug saat musim hujan dipenuhi tanaman jagung.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muhamad Rifki Fauzan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Wajib Tau, Penyebab Kemiskinan Pendapat Ulama

Selasa, 8 Oktober 2024 | 10:18 WIB
X