Bogor Times- Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya mengatakan, politik identitas menjadi ancaman serius di Pemilu 2024. Pasalnya politik identitas kerap dijadikan senjata di setiap ajang pemilu.
"Politik identitas ini menjadi ancaman yang serius terhadap keutuhan dan harmoni dan kehidupan masyarakat kita, jelang pemilu 2024," kata Gus Yahya dalam Webinar 'Partisipasi Ormas dalam Pendidikan Pemilih Cerdas untuk Mewujudkan Pemilu Berkualitas 2024', Rabu (25/1/2023).
Menurut Gus Yahya, politik identitas sudah menjadi semacam warisan yang sulit dihilangkan dari masa ke masa. Sejak masa orde baru, selama 32 tahun, usaha pemerintah menetralisir politik identitas tak jua membuahkan hasil. Tak ayal sejumlah peneliti mengungkapkan bahwa peta politik di Indonesia pada umumnya didasarkan politik aliran.
Baca Juga: Do'a di Bulan Rajab Berdasarkan Sanad dan Matan
"Dahulu selama Orde Baru 32 tahun, kecenderungan ini dicoba dinetralisir pemerintah tapi dengan cara yang kurang lebih opresif, walaupun memang pada akhirnya ada pelunakan di dalam politik identitas," kata Gus Yahya.
Akan tetapi, lanjut dia, begitu terjadi reformasi politik dan refresif pemerintah berhasil dihilangkan kecenderungan politik identitas dan aliran itu menyeruak kembali, bak luka lama yang terbuka kembali. "Ini menjadi tantangan cukup berat bagi kita termasuk NU," ucapnya.
Gus Yahya kemudian menyoroti masalah NU yang kerap digunakan sebagai senjata politik di setiap ajang Pemilu. Ia menegaskan, di era kepemimpinannya, NU tidak akan dan tidak boleh dilibatkan dalam kepentingan politik.
Baca Juga: Do'a di Bulan Rajab Berdasarkan Sanad dan Matan
"Pada Pemilu terakhir 2019, kita lihat ada mobilisasi dukungan dengan menjadikan identitas NU ini sebagai senjata, tapi kami sadari ini bukan model dinamika politik yang baik karena identitas ini adalah motivasi politik yang bersifat irasional," ujar Gus Yahya.
Lebih lanjut, Gus Yahya berharap keserentakan Pemilu dan Pilkada 2024 dapat menekan politik identitas. Menurutnya, desain keserentakan ini membuat partai politik hingga calon kontestan kesulitan untuk melakukan konsolidasi.
"Eksperimen Pemilu Serentak dari pusat sampai daerah sampai Pilpres dan Pilkada ini sebetulnya eksperimen menarik karena akan mengacak formasi koalisi di antara pihak-pihak yang terlibat," jelas Juru Bicara Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.***
Artikel Terkait
Diduga Lindungi Penjahat, Mapolres Bogor Didemo Warga
Belum Dapat Hunian, Ratusan Korban Bencana di Cigudeg Tunggu Janji Pemerintah
Silaturahmi, Calon Terkuat Desa Karang Asem Timur Sony Priyanto SE, Jait Hati Ribuan Warga Karang Asem Timur
Tenggelam, Dua Remaja Asal Citeureup Renggang Nyawa
Satu Unit Pompa Pengisian BBM Terbakar di Gunung Sindur Kabupaten Bogor
Do'a di Bulan Rajab Berdasarkan Sanad dan Matan
Waspada, Tumpahan Minyak di Jalan Raya Bogor-Jakarta Ancam Pengendara
Dongkrak Kemajuan Desa, BPD Putatnutug Perkuat Kapasitas
Warga Parung dan Ciseeng Pinta Pemkab Stop Pekerjaan Galian Kabel Fiber Optik, ini Alasannya
Tokoh LSM Tuding Oknum Kejaksaan Terima Suap Dugaan Kasus RSUD Parung