Bogor Times - Maulana Jalaluddin Rumi bukan hanya sebagai tokoh sufi dunia. Lebih dari itu, Rumi juga merupakan seorang penyair yang lirik-lirik baitnya menggema di kota Konya. Seiring waktu, tidak hanya kota Konya yang tergetar oleh bait-bait memesona Rumi, bahkan seluruh dunia di masa kini menyanjung keindahannya.
Oleh karenanya, Rumi adalah milik seluruh umat manusia. Meskipun Rumi yang seorang muslim kini tidak hanya dihormati oleh umat Islam, tetapi pribadinya menembus-sekat-sekat sempit agama sehingga masyarakat nonmuslim pun mengaguminya. Meskipun Rumi adalah seorang Persia, pengaruhnya menembus benteng-benteng batasan geografi. Meskipun Rumi hidup di masa lalu, pengaruhnya tetap terasa hingga masa kini dan diperkirakan akan tetap seperti itu di masa depan jauh.
Rubaiyat, salah satu antologi puisinya, merupakan karya yang tidak lekang oleh waktu. Di dalamnya, Rumi menginterpretasikan dirinya sebagai seorang penyair sufi yang agung. Kedalaman pesan dan keindahan diksi bahasanya begitu memikat dan memesona.
Dengan demikian, wajar jika Rumi menjadi simbol sastra Persia sekaligus sosok yang begitu populer dalam bidang sufisme.
Baca Juga: Kemuliaan Surat Al-Fatihah Dan Keistimewaan Nya.
Berikut Sepenggal Syair Maulana Jalaludin Rumi yang di ambil dari Kitab Samudra Rubaiyat.
1. Jika sang pencinta hendak temukan Kuil kenihilan, Pergi, temukanlah ia dalam ketiadaannya; Di angkasa tanpa batas, kau carilah dia.
2. Sesuaikanlah diri pada wahana, Makanan hati yang tak pernah purna, Bunyi terompet pencabut nyawa Yang mempercepat kehidupan baru.
3. Di jalanan Cinta, lihatlah! Aku menyala seperti lilin, Momen yang satu itu mungkin selubungi Seluruh momen hari-hariku.
4. Aku bersumpah dengan penuh sesal: Selagi aku belum meninggal, dari jalan yang keras dan sempit ini Aku tidak bakal menyimpang. Kini ke mana pun kuarahkan tatapan, Baik itu ke kiri ataupun ke kanan, Ke kanan ataupun ke kiri, ke mana aku memandang Kulihat selalu wajah-Nya yang sangat kucintai.
5. Gunung dan aku, Gema sang Kekasih adalah jeritanku; Sebuah citra itulah aku, Kekasih melukiskan sama dengan itu.
Baca Juga: Istimewa Nya Nama Nabi Muhammad SAW.
6. Semenjak kali pertama kudengar manusia Menjeritkan kisah ternama tentang Cinta, Dengan hati, jiwa, dan mata Kuperjuangkan ia sepenuhnya.
7. Hatiku, kapankah akan kau lihat Sang Kekasih, dengan cepat Saat ia datang, derita pun lenyap: Berapa lamakah kau akan mengeluh? Karena begitulah, ketika wajah Mentari bersinar penuh berkah, Jika lilin itu mengangguk mati, la pun lantas padam dan musnah.