Bogor Times - Muktamar Nahdlatul Ulama ke 34 akan dilaksanakan pada tanggal 23 - 25 Desember 2021, setelah di undur karena pandemi covid-19, yang awalnya akan dilaksanakan di bulan Oktober 2020.
Muktamar NU selalu ada saja menyajikan cerita unik yang justru kisahnya datang bukan dari warga NU itu sendiri.
Masih ingat muktamar NU ke -29 yang dilaksanakan di Cipasung, Tasiklamaya, Jawabarat 1-5 Desember 1994, dimana rezim pada saat itu turut ikut campur dalam penentuan calon Ketua Umum PBNU.
Presiden Soeharto pada saat itu mendukung secara penuh kepada orang suruhanya, yakni Abu Hasan untuk menumbangkan Gus Dur Di Muktamar NU ke-29 di Cipasung, sampai - sampai militer di kerahkan dan intel yang disebar di area muktamar, namun perjuangan Soeharto gagal dalam menumbangkan Gus Dur alhasil Gusdur kembali terpilih menjadi ketua Umum PBNU.
Baca Juga: RUU PKS tak Kunjung Disahkan oleh DPR RI, Tsamara Amany PSI : Halo DPR Kapan RUU PKS Sah ?
Tentu kemenangan ini tidak diperoleh dengan cara yang instan, kehebatan, intelektualitas, dan kemampuan berpikir kritis yang berani melawan pemerintahan yang dholim pada saat itu, ditunjang dengan kebijakan-kebijakannya di internal NU yang dirasa sangat strategis untuk kemaslahatan masyarakat. Social capital inilah yang menjadi modal penting kepercayaan warga NU sekaligus menjadi investasi yang mengantarkannya menjadi ketua PBNU tiga periode berturut-turut.
Menjelang muktamar NU ke-34 Seperti hal nya menjelang pilpres mulai ramai pengusungan calon ketua PBNU di media sosial dan anehnya pengusungan tersebut bukan keluar dari pengurus NU, Ustad Abus Somad, Buya Yahya dan Gus Baha di sebut - sebut cocok buat calon PBNU.
Menanggapi hal tersebut Prof.H. Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir dalam cuitan Twitternya,merasa heran dengan orang - orang di luar NU yang ikut heboh tentang penerus Ketua umum PBNU. Malahan dari para pengurus NU itu sendiri cendrung acuh tentang siapa yang akan memimpin NU kedepanya.
"Itu orang pada kenapa sih? Yg mau Muktamar warga NU, kenapa mereka yg heboh?. Ini kayak ada tetangga mau hajatan nikahin anaknya, mereka diundang juga enggak, eh malah mereka yg heboh: “entar penghulunya ABC saja yah” atau “semoga DEF yg jadi,” ujar Gus Nadir.
Baca Juga: Sempat Di Hentikan , KSP Minta Kasus Dugaan Pemerkosaan Tiga Anak Di Luwu Timur Dilanjutkan
Gus Nadir juga mengingatkan bahwasanya Muktamar bukanlah Kontestasi seperti halnya Pilpres, tidak perlu berlebihan.
"Muktamar NU bukan ajang konstestasi seperti layaknya pilpres. Mari ciptakan suasana yang adem dan ceria menuju Muktmar NU," ucapnya.***