Bogor Times - Sigmund Freud seornag pakar teori psikoanalisis, salah seorang raksasa ilmu pengetahuan modern namun dalam konteks ini Freud disebut sebagai anak durhaka karena secara jelas mengubah orientasi ilmu pengetahuan modern yang semula berporos pada kedaulatan rasio manusia menuju babak baru, yaitu "kematian" rasio manusia.
Dalam sudut pandang psikoanalisis, bukan rasio manusia, atau istilah teknisnya kesadaran, yang menentukan eksistensi manusia di muka bumi, melainkan sebaliknya, ketidaksadarannya. Bagi psikoanalisis, kesadaran hanyalah salah satu penyusun alam kejiwaan.
Dalam arti yang bersifat klinis, konsep Freud ini kurang memiliki ketepatan dan penetrasi terhadap konsepnya tentang penyakit mental.
Baca Juga: Preman Dalangi Kutipan Pedagang dan Parkir Ilegal, Polres Bogor Ungkap Jaringan Kejahatan
Besar kemungkinan konsep ini berkaitan dengan konsep masyarakat kelas menengah Eropa awal abad dua puluh yang dianggap Freud mampu melakukan fungsinya dengan baik, dan secara seksual maupun ekonomi memiliki kemampuan yang baik.
Namun banyak tokoh yang bertentangan dengan teori Freud, sejumlah tokoh psikologi yang semula berkarier di lini psikoanalisis, seperti Carl Jung dan Alfred Adler, menarik diri dari perspektif psikoanalisisnya Freud.
Baca Juga: PPK Desa Sukawangi Gelar Bazar UMKM Disambut Positif oleh Warga dan Wisatawan
Mereka menganggap Freud terlalu pesimis dengan kesehatan mental manusia, karena filsafat manusianya yang bercorak pesakitan.
Jung dan Adler kemudian menciptakan gerakan baru yang disebut psikologi individual dengan membuat pendasaran teoretis yang lebih optimistik terhadap kesehatan mental manusia.
Tokoh lain yang kritis terhadap psikoanalisis Freud adalah Heinz Kohut. Kohut mengkritik konsep narsisme Freud y semata-mata dimaknai sebagai kondisi negatif yang merugikan. Freud.
Menurut Kohut, berambisi menghilangkan narsisme, namun teorinya yang menganggap bahwa narsisme selalu eksis dalam setiap fase perkembangan manusia membuat Freud terjebak dalam situasi yang membingungkan..
Jelas sangat mustahil membayangkan individu tumbuh menjadi pribadi sehat ketika cara pandang yang digunakan hanya mampu melihat sisi-sisi buruknya saja.
Kohut berpendapat bahwa dalam kondisi-kondisi tertentu, narsisme dapat dianggap normal. Kohut melihat narsisme, atau cinta diri, atau cinta objek, tidak berada dalam garis lurus, namun melihatnya sebagai dua jalur perkembangan yang berbeda dan tetap eksis seumur hidup, di mana masing masing memiliki karakteristik dan patologinya sendiri-sendiri.
Baca Juga: Preman Dalangi Kutipan Pedagang dan Parkir Ilegal, Polres Bogor Ungkap Jaringan Kejahatan