Bogor Times-Termasuk dari asumsi masyarakat yang salah adalah ramalan keburukan di hari Rabu. Hal ini juga termasuk jenis thiyarah (ramalan keburukan) yang diharamkan. Imam Ibnu Hajar al-Haitamy mengatakan dalam kitab Al-Minah setelah menerangkan tentang dianjurkannya bepergian di hari Senin, Kamis atau Sabtu:
Penjelasan, para ulama terhadap kesunahan bepergian di hari Senin, Kamis atau Sabtu merupakan bukti bahwa di hari-hari selainnya tidak ada kesunahan untuk dijadikan hari bepergian. Akan tetapi, hal itu tidak disebabkan oleh thiyarah (ramalan keburukan) sebagaimana yang telah dikatakan oleh ahli nujum (tukang ramal). Syekh Ibnu Jamaah berkata: Tidak ada kemakruhan bepergian di hari-hari manapun dikarenakan rembulan berada di rasi bintang Scorpio atau lainnya.
Pada suatu hari Sayyidina Ali bin Abi Thalib ditanya seseorang: Apakah engkau bertemu dengan kaum Khawarij sedangkan rembulan berada di rasi bintang Scorpio? Lalu Ali berkata: Di mana rembulannya kaum Khawarij? Setelah itu ada seorang ahli nujum mengatakan kepadanya: Berangkatlah di saat ini, maka engkau akan memperoleh kemenangan. Kemudian Sayyidina Ali berkata: Rasulullah SAW tidak pernah mempercayai tukang ramal begitupun khalifah-khalifah setelahnya, dan beliau juga berhujjah dengan beberapa ayat Al Qur’an. Lalu Ali melanjutkan perkataannya: Barangsiapa yang membenarkan ucapanmu (tukang ramal), maka dia seperti mencari perlindungan kepada selain Allah SWT. Ya Allah, tidak ada thiyarah kecuali kehendak-Mu, tiada kebaikan kecuali dari Engkau. Aku tak akan mempercayaimu (tukang ramal) dan aku akan berperang di hari yang engkau larang.
Setelah itu Ali berpidato di hadapan ribuan rakyatnya: Wahai rakyatku, jauhkanlah diri kalian dari belajar ilmu nujum (astronomi) kecuali hanya sekadar sebagai petunjuk kegelapan di daratan dan lautan, ketauhilah sesungguhnya tukang ramal itu seperti orang kafir.
Sayyidina Ali juga mengancam apabila mereka tidak mau bertobat, maka akan kekal berada di neraka dan tidak akan mendapatkan ampunan. Akhirnya, Ali berangkat berperang melawan kaum Khawarij di hari yang dilarang oleh tukang ramal tersebut, ternyata diberi kemenangan oleh Allah SWT. Peristiwa itu dikenal dengan pertempuran an-Nahrawan yang kedua.
Imam Ibnu Rusydi mengutip bahwa raja Malik (khalifah Mu’tashim bin Harun ar-Rasyid) tidak pernah membenci hari dari beberapa hari yang ada. Bahkan mengistimewakan hari Rabu dan Sabtu. Tujuannya hanyalah untuk menolak atau menepis anggapan akan ramalan keburukan yang terjadi di kedua hari tersebut. Pernah suatu ketika hendak mengadakan peperangan di hari tertentu, ada beberapa tukang ramal yang melarangnya untuk tidak berperang di hari tersebut. Akan tetapi, tidak mengindahkan larangan tersebut. Ternyata berkat pertolongan Allah SWT, mendapatkan kemenangan dan harta jarahan (ghanimah) yang banyak.
Kebanyakan manusia meramalkan akan keburukan pada hari Rabu terakhir di setiap akhir bulan. Mereka meninggalkan pekerjaannya untuk kamaslahatan dirinya. Mereka bertendensi dengan sebuah hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
آخِرُ أَرْبِعَآءَ فِي الشَّهْرِ يَوْمٌ نَحِسٌ مُسْتَمِرٌّ
Artinya: Rabu yang terakhir di setiap bulan merupakan hari sial.
Imam as Sakhawi mengatakan bahwa riwayat hadits di atas dlaif (lemah). Jika mengandaikan bahwa hadits itu shahih, maka arti dari hadits adalah hari Rabu yang terakhir di setiap bulan merupakan hari sial bagi orang yang meyakini. Sedangkan bagi orang yang meyakini bahwa hari Rabu tersebut tidak berdampak apapun dan tidak dapat membahayakan kecuali karena kehendak Allah SWT semata, maka bukan merupakan hari sial baginya.
Di salah satu hadits, ada yang menjelaskan keistimewaan atau keutamaan hari Rabu dibandingkan hari lain. Di dalam kitab Syu’ab al-Iman milik Imam al-Baihaqy dijelaskan bahwa Rasulullah pernah bersabda:
إِنَّ الدُّعَآءَ يُسْتَجَابُ يَوْمَ الْأرْبِعَآءِ بَعْدَ الزَّوَالِ
Artinya: Sesungguhnya doa akan dikabulkan di hari Rabu setelah tergelincirnya matahari.
Artikel Terkait
Masa PSBB, Bogor Times Berbagi Bingkisan Pada Anak Yatim
Ringankan Warga, Bogor Times Berbagi Nasi Kotak
Bogor Times Beri Reward Pembaca
Puasa Sunnah Hari Senin Lebih Utama Dari Puasa Sunnah Lainnya, Inilah Dalil dan Penjelasannya
Puasa Hari Senin Hukumnya Sunnah Tapi Menjadi Haram Menurut Hanabilah Apa Bila?