• Minggu, 24 November 2024

Menakar Landasan Teologis Seruan Habib Riziek Shihab untuk Mendoakan Kehancuran Aparat

- Senin, 6 Desember 2021 | 08:39 WIB
Khotimi Bahri Wakil Ketua BKN ( Barisan Kesatria Nasional ) (Bogortimes.com)
Khotimi Bahri Wakil Ketua BKN ( Barisan Kesatria Nasional ) (Bogortimes.com)

 

Bogor Times- Islam hadir sebagai rahmat bagi sekalian alam. Rahmat seringkali diidentikkan dengan kasih sayang. Dan untuk melihat prototipe rahmatnya Islam, biasa dilihat teladan suci Sang Pembawa risalah, Nabi Muhammad SAW.

Diantara ajaran suci beliau adalah penegasan bagi kita untuk memperhalus budi, melembutkan tutur kata, dan melapangkan hati. Inilah kata kunci misi beliau yaitu menyempurnakan akhlak.

Begitu pentingnya akhlak, sampai-sampai Rosul mengancam orang yang berperilaku kasar dan suka melaknat tidak akan mendapatkan syafaat dan persaksiannya pada hari kiamat akan tertolak (HR. Muslim).Kecaman yang lain, Rosul menyamakan orang yang melaknat orang mukmin yang lain, dengan membunuhnya tanpa hak (HR. Bukhori).

Baca Juga: Memperingati Hari Lahir KOPRI ke-54, STAI Al Aulia Adakan Santunan Yatim.

Dalam ilmu Patologi Sosial, ada beberapa karakter yang patut diperhatikan. Merujuk pada teori Gerart Heymans, ada diantara manusia yang memiliki kepribadian Gapasioneerden.


Ciri-ciri seseorang yang mempunyai kepribadian ini adalah selalu bersikap keras, egois, ambisius, dan juga emosional. Namun disisi lain, orang yang memiliki kepribadian gapasioneerden biasanya terlihat mempunyai rasa kekeluargaan yang cukup baik.

Akan tetapi mereka cenderung lemah dalam hal tolong menolong. Kepribadian lain yang juga perlu mendapatkan perhatian adalah, Nerveuzen, dimana orang yang memiliki kepribadian ini akan cenderung mudah naik darah atau marah, suka memprotes sesuatu, dan tidak mau berpikir terlalu lama.

Baca Juga: Warga Geram Jalan Raya Cogreg Berlumpur Dampak dari Proyek RSUD Bogor Utara, Jamaah Majelis Ancam Demo

Kepribadian model seperti ini perlu tata-kelola yang intensif dan penanganan yang serius. Sebab jika tidak ditangani, orang yang memiliki keperibadian ini cenderung melahirkan persoalan-persoalan baru dimasyarakat, sekaligus tentu akan kontra-produktif dengan misi rahmatan lil alamiennya Islam.

Lantas, apakah Islam mengajarkan passif, pasrah, fatalisme? Tidak. Islam tidak mengajarkan itu semua.

Akan tetapi reaksi kita ketika ada hal yang dianggap bertentangan dengan norma adalah sikap proporsional, obyektif, dan mengedepankan kemaslahatan jangka panjang.

Bukankah saat Rosul berdakwah ke Thaif mendapatkan perlakuan diluar batas nalar, hingga Malaikat siap menjatuhkan gunung ketangah-tengah mereka.

Baca Juga: Penjual Uang Palsu dan Prostitusi Online Makin Marak Di Kota Bogor

Namun Rosul berpikir obyektif dan berdimensi maslahat jangka panjang. Menghancurkan mereka bukanlah solusi yang tepat sekalipun bisa. Beliaupun berharap dan berdoa untuk kebaikan mereka dimasa mendatang. Tidak mereka, paling tidak untuk anak cucu mereka.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Mochammad Nurhidayat

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mencegah dan Mengatasi Korupsi dalam Perspektif Islam

Senin, 4 Desember 2023 | 22:03 WIB

Tips Memilih Buah Jeruk yang Manis

Rabu, 18 Oktober 2023 | 18:59 WIB

Karisma Ulama Yang Telah Runtuh

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:27 WIB

Hati-hati! Embrio Kaum Khoarij

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:22 WIB
X