• Kamis, 21 November 2024

Menemukan Harta Karun Yang Tersembunyi Di Tanah Sendiri (Cilebut Barat)

- Jumat, 28 Oktober 2022 | 20:12 WIB
Senin, 24 Oktober 2022 Pukul 18:30 kang fathah menyambangi salah satu rumah di Desa Cilebut, Sukaraja, Bogor. (Sumber gambar/ Bogor Times)
Senin, 24 Oktober 2022 Pukul 18:30 kang fathah menyambangi salah satu rumah di Desa Cilebut, Sukaraja, Bogor. (Sumber gambar/ Bogor Times)

Bogor Times- Desa Cilebut Barat, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Merupakan Desa yang sangat strategis, jika dilihat dari berbagai sisi. Bagaimana tidak? Cilebut 'Diskotik' (disisi kota saeutik) akronim/sebutan humor yang saya buat tersebut hehe.

Nama Cilebut tak terlepas dari banyak sejarah yang ditinggalkan, Cilebut sendiri adalah sebuah akronim/singkatan yang diambil dari sejarah air yang deras dalam bahasa sundanya 'cai leubeut' dilihat dari adanya air kali yang deras didaerah tersebut, ada versi lain yang mengatakan tjileboet karna sering di ucapkan pada masa penjajahan kelam (Sumber Cilebut Art Project).

Tidak hanya itu, Situs Tugu Lonceng yang menjadi legecy peninggalan sejarah saat masa penjajahan bangsa Indonesia silam. Situs yang kini mulai terancam keberadaannya akibat pembagunan perumahan yang otoriter itu.

Sebagai bumiputra yang ke asliannya tak diragukan lagi, saya sangat menyayangkan pembangunan yang tidak melalui kompromi itu.

Baca Juga: Hari Sumpah Pemuda, Ketua APBT Intruksikan Kadernya Sipakan Diri Sambut Pemekeran Bogor Timur

Kumpul-kumlul "kolketif" Merupakan budaya Indonesia yang eksistensinya mulai hilang hari ini.
Budaya yang melahirkan banyak kebaikan, mulai tergerus era ini.

Entah, saya masih menerka-nerka apa penyebabnya.
Mungkin faktor intern, mungkin ekstren. Keduanya saling berkaitan.

Ekstern atau sederhananya penyebab dari luar, Perkembangan teknologi misalnya, yang menjadi indikator terkikisnya budaya kolektif. Kebiasaan menggunakan gadget berlebihan membuat masyarakat Indonesia lebih individualisme hari ini. Data (01/22). Firma riset aplikasi App annie mengungkap rata-rata 5,5 jam per hari, jauh diatas rata-rata dunia yang hanya 4,8 jam sehari.

Saya kira faktanya dapat melebihi riset tersebut.
Waktu yang sangat lama menurut saya, jika tidak digunakan dengan produktif.

Nah, diparagraf ini saya akan menceritakan pengalaman saya menemui harta karun yang semalam saya temui, (24/10/22).

Baca Juga: DEMA FAI UIKA Menyelenggarakan Peringat Maulid Nabi Muhammad SAW

Terhitung 10 tahun saya mengembara menelusuri jalan-jalan dari persawahan hingga perkotaan.

Cukup sering saya menggali tanah tapi hanya sedikit harta karun yang saya temukan.
Mungkin cerita ini menjadi penemuan emas dengan kadar yang sangat tinggi, Kira-kira 24 karat lah, hehe.

Senin, 24 Oktober 2022 Pukul 18:30 saya menyambangi salah satu rumah di Desa Cilebut, Sukaraja, Bogor.

Malam itu saya bertemu seorang laki-laki dan perempuan yang sangat ramah.
Bapak Nurhasim dan Ibu Kustiah namanya, bukan orang yang asing sebenarnya untuk saya. Terhitung sudah 5 kali saya bertemu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rajab Ahirullah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mencegah dan Mengatasi Korupsi dalam Perspektif Islam

Senin, 4 Desember 2023 | 22:03 WIB

Tips Memilih Buah Jeruk yang Manis

Rabu, 18 Oktober 2023 | 18:59 WIB

Karisma Ulama Yang Telah Runtuh

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:27 WIB

Hati-hati! Embrio Kaum Khoarij

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:22 WIB
X