Bogor Times - Kita tentunya sering mendengar kata Salafi Wahabi, golongan tersebut tidak lagi asing di kalangan umat Islam di Indonesia karena seirng kali bertentangan dengan faham yang dianut oleh mayoritas muslim di Indonesia.
Wahabi adalah gerakan puritanisme Islam yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman at-Tamimi (1115-1206 H / 1703-1792 M) dari Najd, Semenanjung Arabia. Istilah Wahabi telah dikenal semasa Ibn Abdul Wahab hidup, diantara yang menamakan gerakan ini sebagai gerakan wahabi adalah saudara kandung Muhammad Bin Abdul Wahab sendiri yaitu Sulaiman Bin Abdul Wahab.
Kelompok ini menyatakan bahwa mereka bukanlah sebuah mazhab atau kelompok aliran Islam baru, tetapi hanya mengikuti seruan (dakwah) untuk mengimplementasikan ajaran Islam yang (paling) benar sesuai al-Qur’an dan Sunnah. Wahhabi gemar membuat daftar panjang keyakinan dan perbuatan yang dinilainya menyimpang, yang bila diyakini atau diamalkan akan segera mengantarkan seorang muslim berstatus kafir.
Sikap kaku, skriptualis, fanatik buta, memahami agama tidak disertai metodologi pemahaman keagamaan sebagaimana dilakukan dan dirumuskan para ulama dari generasi kegenerasi, sejak generasi salaf hingga kholaf menjadi trade mark mereka. Tak ayal semua yang berbeda tidak aman dari lebel bid'ah, sesat, kafir, dan menyalahi sunnah.
Merekapun membuat pemetaan sendiri secara rancu dan subyektif, mana amalan sunnah, mana yang tidak nyunnah. Mana masjid sunnah dan mana masjid yang bukan sunnah. Mana ustadz sunnah dan mana ustadz yang bukan sunnah. Lucunya, tidak jarang sesama mereka melakukan tahdzir dan saling menyesatkan akibat sikap kaku ini.
Pada perkembangannya, mereka merubah lebel menjadi kaum salafi untuk menghindari sorotan krusial terhadap gerakan wahabi. Dengan lebel salafi, seakan-akan mereka mengklaim sebagai generasi salaf, dan paling berpijak pada manhaj salaf, walau pada kenyataannya justru kaum wahabi inilah yang banyak menyalahi manhaj dan gerakan salaf (salafuna-sholeh) Metamorfosis penamaan ini terjadi, terutama, dengan masuknya Nashiruddin al-Albani dalam gerakan ini.
Bagaimanapun juga karakter gerakan dan pemahaman tidaklah bisa disembunyikan dibalik sebuah nama. Akhirnya kedua penyebutan itu digabung menjadi Salafi-Wahabi.
Baca Juga: Ingin Jalani Sidang di Area Kantor Kejaksaan, Majlis Hakim Pinta JPU dan Saksi Hadir di Pengadilan
Wahhabiyah vs Wahbiyah
Kegagalan bersembunyi dibalik nama salafi, membuat kaum wahabi mencari cara lain untuk melindungi gerakannya. Maka munculah opini bahwa kaum wahabi memang ada, eksis, faktual tapi bukanlah gerakan yang dipelopori Muhammad bin Abdil Wahab an-Najdi ini, melainkan gerakan tapi Muhammad bin Abdil Wahab Rustum.
Benarkah demikian?
Mari kita ungkap perbedaan Wahbiyah, Wahhabiyah dan Abdul Wahab Bin Rustum.
Tulisan ini adalah catatan historis yang ilmiah bukanlah untuk membuat stigma golongan tertentu.
Banyak beredar kerancuan terkait penisbatan istilah Wahabi kepada Muhammad bin Abdul Wahhab. Mereka (Wahhabi) menyatakan bahwa Wahhabiyyah didirikan oleh oleh Abdul Wahhab bin Rustum, bukan Muhammad bin Abdul Wahhab.
Baca Juga: Hendak Jual Rumah Pribadi, Lansia Dipenjarakan Jaksa
Artikel Terkait
Geger, IRT Bergelantungan di Jendela Rusun Rorotan, IRT:Dikunci Suami
Mahfud MD Pastikan PSSI Bertanggungjawab
Akan mengelar Aksi Tawuran, Seorang Remaja di Amankan Polsek Cibinong Polres Bogor
Hendak Jual Rumah Pribadi, Lansia Dipenjarakan Jaksa
Ingin Jalani Sidang di Area Kantor Kejaksaan, Majlis Hakim Pinta JPU dan Saksi Hadir di Pengadilan