Pangsa Pasar Indocement Meningkat

- Sabtu, 20 Maret 2021 | 01:18 WIB
20210320_011624
20210320_011624


Nasional, Bogor Times- Kerja tim yang kompak dalam perusahaan kerap berbuah hasil manis. Seperti perjuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). Berdasarkan laporan kinerja tahun 2020 dengan pembukuan volume penjualan domestik (semen dan klinker) sebesar 16,926 juta ton atau lebih rendah 1,9 juta ton ( -10,1%) dari tahun 2019.





Volume domestik hanya untuk semen tercatat di angka 16,218 juta ton atau lebih rendah 1,63 juta ton atau sebesar -9,1%, posisi ini lebih baik dari penurunan permintaan semen domestik nasional sebesar -10,4% sehingga pangsa pasar Perusahaan meningkat dari 25,5% di tahun 2019 menjadi 25,8% di tahun 2020.





Presiden Direktur PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Chistian Kartawijaya mengatakan, pangsa pasar Indocement di Jawa dan Luar Jawa mengalami pertumbuhan dari tahun lalu, dimana untuk Jawa meningkat 70 bps dari 34,1% menjadi 34,8% dan Luar Jawa meningkat 80 bps dari 14,5% menjadi 15,3%.





Peningkatan pertumbuhan Luar Jawa terutama dikontribusi dari Pulau Sumatera yang disebabkan tingginya aktivitas pembangunan infrastruktur, salah satunya proyek tol Trans Sumetera. “Kendati begitu pasar di Jawa tetap menjadi pusat penjualan Indocement,” Chistian Kartawijaya dalam paparan Publik yang digelar secara daring, Jumat (19/3/2021).





Penurunan volume penjualan berdampak pada perolehan pendapatan neto perusahaan yang menurun -11,0% menjadi Rp14,18 triliun dibanding tahun 2019 yang tercatat Rp15,93 triliun. Selain itu kata Christian, penurunan disebabkan harga jual rata-rata campuran (konsolidasi) yang lebih rendah.





“Walaupun harga jual semen rata-rata domestik sebenarnya dapat dipertahankan naik tipis sebesar 1% dibandingkan tahun lalu,” urainya.





Sementara itu, beban pokok pendapatan pada tahun 2020 turun -13,1% dari Rp10,43 triliun menjadi Rp9,07 triliun sebagai dampak dari penurunan volume penjualan dan keseluruhan harga batu bara yang lebih rendah di tahun 2020, termasuk upaya penghematan yang berkelanjutan atas biaya produksi terutama biaya energi seperti peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif (tahun 2019 sebesar 7,4% vs. tahun 2020 sebesar 9,3%) dan batu bara dengan nilai kalori rendah (tahun 2019 sebesar 69% vs. tahun 2020 sebesar 80%) serta penerapan kebijakan hanya menjalankan kiln-kiln yang paling efisien.


Halaman:

Editor: Sanusi Wirasuta

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gandeng Pemuda, PMII INAIS Gelar Pesantren Kilat

Minggu, 31 Maret 2024 | 16:13 WIB

Gaspool, Jaro Ade Siapkan Tim Sukses

Sabtu, 30 Maret 2024 | 06:00 WIB

Terpopuler

X