Bogor Times- Ibnu Katsir bercerita, suatu hari Abu Nuwas bersama Ahli hadits yang lain datang ke majelisnya Syekh Abdul Wahid bin Ziyad. Kemudian Syekh Abdul Wahid menyuruh para Ahli hadits untuk membacakan masing-masing 10 hadits yang sudah dbacakannya. Akhirnya para Ahli hadits itu memilih masing-masing 10 hadits, kecuali Abu Nuwas atau dikenal Abu Nawas.
Kemudian Syekh bertanya kepada Abu Nuwas: "Mengapa kamu tidak memilih hadits seperti mereka?"
Kemudian Abu Nawas melantunkan syairnya:
لَقَدْ كُنَّا رَوَيْنَا # عَنْ سَعِيْدٍ عَنْ قَتَادَةْ
عَنْ سَعِيْدِ بْنِ المُسَيَّ # بِ ثُمَّ سَعدِ بْنِ عُبَادَةْ
وَعَنِ الشَعَبيِّ وَالشَّعْ # بِي شَيْخٌ ذُو جَلَادَةْ
وَعَنِ الأَخْبَارِ نُحْكِي# هِ وَعَنْ أَهْلِ الإِفَادَة
أَنَّ مَنْ مَاتَ مُحِبَّا # فَلَهُ أَجْرُ شَهَادَةْ
Selesai melantunkan syair ini, kemudian Syekh berkata:
"Kamu berdiri dan keluar dari dari hadapanku wahai orang cabul. Aku tidak bicara kepadamu, juga tidak seorang pun yang ada di sini mengharapkan kehadiranmu,".
Kisah di atas sampai kepada Imam Malik bin Anak dan kepada Ibrahim bin Yahya, lalu mereka berdua berkomentar:
"Seharusnya Abdul Wahid bicara dengan Abu Nuwas dengan memberikan pengertian kepadanya, jangan langsung di-judge, dan jika benar Abu Nawas salah, mudah-mudahan Allah meluruskannya."
Menurut Ibnu Katsir, hadits Nabi yang dibuatkan syair oleh Abu Nawas ini benar adanya, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Ady dalam Al-Kamil-nya, sebuah hadits dari Ibnu Abbas dengan status mauquf marfu’:
مَنْ عَشَقَ فَعَفَ فَكَتَمَ فَمَاتَ مَاتَ شَهِيْدًا
"Barangsiapa yang jatuh cinta lalu ia menahannya dan menyembunyikan rasa cinta nya sampai ia mati, maka ia mati dalam keadaan mati syahid."