Bogor Times - wakil ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri berpendapat perlunya dievaluasi terkait Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan tingkat kehadiran 100 persen.
Bukan tanpa alasan lonjakan kasus Covid -19 di berbagai daerah yang terus menaik dan membutuhkan penanganan, serta harus disesuaikan dengan kondisi daerah masing - masing
"PTM di sekolah sebaiknya melibatkan otoritas daerah dan satuan pendidikan setempat. Termasuk apakah suatu daerah mau diterapkan 100 persen, 50 persen atau bahkan dihentikan sama sekali, bila memang kondisinya tidak memungkinkan," ujar Fikri.
Fikri mengungkapkan lonjakan kasus varian baru omicron terjadi di setiap daerah, sehingga terkait kebijakan PTM 100 perlu adanya evaluasi. agar tidak terdapat klaster baru di Indonesia yakni yang berawal dari sekolah.
Baca Juga: Aktivis Muda NU Ainun Najib Diminta Jokowi Pulang, Inilah Sosoknya
"Klaster-klaster baru bermunculan di sekolah, namun yang paling tahu kondisi riil di lapangan tentu satuan pendidikan setempat, apalagi bila ternyata PTM mengakibatkan gangguan kesehatan dan ancaman jiwa, maka pemerintah harus memperhatikan masukan-masukan dari berbagai pihak. Terutama dari sisi keilmuan dan lembaga pendidikan” ujar Fikri.
Dilansir dari Pikiran-rakyat.com Akan tetapi Fikri menilai, hingga saat ini proses pembelajaran secara PTM belum dapat tergantikan selama dua tahun masa pandemi, sebab kegiatan belajar mengajar secara langsung diyakini dapat membangun karakter para siswa.
Baca Juga: Konser Di Subang Diduga Abaikan Protokol Kesehatan, Ridwan Kamil Minta Bupati Menindak Tegas
Selain itu pihaknya mengakui ada beberapa mata pelajaran praktik yang tentu tidak mungkin hanya memperlihatkan tutorialnya saja melalui media virtual,sehingga PTM dianggap sebagai kebutuhan bagi para siswa maupun tenaga kependidikan.
"Pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 menurut laporan Kemendikbud Ristek efektifitasnya mengalami fluktuasi dan paling rendah hanya sekitar 46 persen. Wajar bila learning loss ini bila terakumulasi dalam kurun waktu lama bisa mengakibatkan generasi yang hilang," tutur Fikri.***