Bogor Times - Warga Bogor Barat umumnya adalah petani dan pekerja perkebunan. Di wilayah ini cukup banyak tanah partikelir (tanah milik swasta yang dulu disebut particuliere landerijen) seperti di Cibatok, Cibungbulang, Nanggung, Sadeng Jambu, Bolang Baron Baud dengan perkebunannya Cipatat, Cigudeg, Cirangsad, Bolang Toge dan Lebakwangi dsb.
Lazimnya, di kala panen usai, banyak warga Bogor Barat yang mencari rejeki ke Kota Jakarta. Mereka bekerja serabutan di berbagai bidang. Wajarlah bila komunikasi dan pertukaran informasi dengan dunia luar berlangsung cukup deras.
Masyarakat Bogor Barat dikenal taat terhadap ajaran agama. Tidak sedikit santri, alim ulama, pondok pesantren dan sekolah pendidikan agama tumbuh di sini.
Selain mengelola pendidikan formal dan informal, para alim ulama ini aktif dalam organisasi pergerakan nasional, yang mulai masuk ke Bogor Barat pada dekade 1930-an.
Beberapa organisasi pendidikan yang menanamkan kesadaran politik untuk bangkit melawan penjajahan Belanda, di antaranya adalah:
1. Muhammadiyah dengan Pemuda Kepanduan Hizbul Wathan di Leuwiliang dan Jasinga.
2. Al-Ittihadiyyatul Islamiyyah (AII) dan gerakan pemudanya Barisan Islam Indonesia (BII) di Cibungbulang.
Baca Juga: Simak! Asal Muasal Budaya 'Ngopi' dari Masa-kemasa Antar Negara
3. Taman Siswa Nirmala di Jasinga pimpinan Tjakra Mihardja. Sedangkan organisasi politik nasional beserta para pimpinannya yang beroperasi di Bogor Barat, antara lain adalah Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia) dan Partai Indonesia (Partindo).
Cita cita kebangsaan telah terbangun sejak zaman penjajahan Belanda ini kemudian memuncak pada zaman pendudukan Jepang, lantaran Jepang menyelenggarakan pendidikan politik dan militer kepada para alim ulama.
Sejumlah alim ulama ditunjuk mengikuti latihan militer dan semi militer seperti PETA, Keibodan, Seinendan dan Hizbullah.
Tidak heran bila pada masa revolusi, dari Bogor Barat ke arah Banten, pimpinan pemerintahan RI hampir seluruhnya dipegang ulama dan kiai. Residen Banten dijabat KH Ahmad Chatib dari Pondok Pesantren (PP) Caringin.
Bupati Serang dijabat KH Sjam’oen dari PP Citangkil, Bupati Lebak/Rangkasbitung dijabat KH. Tb. Hasan dari PP Kebagusan Maja, dan Bupati Pandeglang dijabat KH Abdul Hadi dari PP Cimanuk.
Artikel Terkait
Tugu Satu Tungku Tiga Batu, Cermin Toleransi Umat di Fakfak
Cerita Kopi dan Ali Bin Omar Ashadzili, Simak Ulasan Kitab 'Inaasush Shofwah bi Anfaasil Qohwah'
Sejarah Penyebaran Kopi dari Abyssinia, Yaman Hingga Eropa
Rahasia Kitab Kuno Terungkap! Gaya Seks Jurus Naga Hingga Bebek, Tekhnik Jitu Lebih Lama, Nikmat dan Sehat
Simak! Asal Muasal Budaya 'Ngopi' dari Masa-kemasa Antar Negara