Bogor Times- Meski memiliki perbedaan dalam beberapa huruf, gaya parenting antara otoritatif dan otoriter juga sangat berbeda aliran pemikiran.
"Ini adalah gaya yang sangat berbeda, pendekatan yang berbeda, dengan tujuan akhir yang sangat berbeda," kata Alyson Schafer, terapis, dilansir Pikiran-rakyat.com dari Reader’s Digest.
Gaya pengasuhan otoriter atau otokratis bertujuan untuk mencapai tujuan membesarkan anak yang patuh dengan menggunakan metodologi kontrol eksternal yaitu dengan memaksa kehendak anak sesuai dengan keinginan orang tua.
Gaya pengasuhan yang berwibawa memiliki keyakinan yang jauh lebih tinggi pada anak.
Orang tua percaya bahwa anak itu dapat belajar serta diajarkan, dan melihat disiplin sebagai momen yang dapat diajarkan.
Untuk memahami perbedaan kedua gaya parenting ini, berikut adalah pandangan dan bagaimana orang tua yang mengikuti setiap pendekatan akan mengatasi masalah pengasuhan umum yang sama.
Menurut Fran Walfish, seorang psikoterapis, gaya pengasuhan otoriter menyerupai kediktatoran.
Gaya pengasuhan ini menghasilkan salah satu dari tiga jenis orang dewasa, yaitu orang yang pemberontak, orang yang tidak percaya diri, dan orang yang berambisi.
"Pengasuhan otoritatif adalah tujuan yang optimal karena membutuhkan keseimbangan kehangatan, cinta, dan pengasuhan dengan batasan, menetapkan batasan, menindaklanjuti, dan mengambil tindakan untuk memastikan anak-anak mereka menyelesaikan tanggung jawab mereka," katanya.
"Pola asuh ini adalah cara membesarkan anak-anak yang percaya diri, bahagia, fleksibel, dan tangguh," lanjut Dokter Walfish.
Meskipun demikian, Shafer mengatakan bahwa pola asuh seperti ini jangan terlalu jauh ke sisi permisif.
“Orang tua mengacaukan pengasuhan otoritatif dengan pengasuhan permisif, di mana anak-anak telah mengambil alih peran otoritas, dan orang tua berjalan seperti keset,” ujarnya.
Dalam pengasuhan otoritatif, ada rasa saling menghormati antara orang tua dan anak, tetapi orang tua masih memimpin keluarga dan membuat keputusan.
Jika Anda adalah orang tua yang otokratis atau otoriter, Anda mempunyai dua alat seperti hadiah atau hukuman.
Ketika anak sedang berbohong biasanya pola asuh otoriter akan melayangkan pukulan, hingga mempermalukan. Maka seringkali anak berbohong untuk menghindari hukuman yang akan diterimanya.
Sementara untuk pola asuh otoratif, akan menggunakan kesalahan tersebut sebagai kesempatan untuk memberikan ajaran baru kepada anak dan tidak memberikan konsekuensi untuk perilaku buruk itu.
"Dia akan mengajarkan 'pertanggungjawaban' kepada anak itu dengan menghargai kebenaran, tidak peduli seberapa mengerikan pengakuan itu,” ujarnya.***
Artikel Terkait
Bjorka Bongkar Data Pribadi Johnny G Plate, Warga Indonesia Dukung Bongkar MyPertamina
Aksi Oknum Calon Pendeta Majelis Sinode GMIT Jadi Sorotan, Korban Anak Bawah Umur Terus Bertambah
Hacker Bjorka Ancam Twitter Tidak Ikuti Printah Negera Indonesia Untuk Non Aktif Akunnya
Bjorka Ungkap Ketua Umum Partai Berkarya, Murdi PR Dalang Pembunuhan Munir
Ikan Asin Alternatif Makanan Sehat, Inilah Manfaatnya
Harga Kebutuhan Meroket, Simak Kiat Kelola Keuangan Rumah Tangga
Segera Daftar! Nasional Beasiswa S2 Reguler Dalam Negeri dari Kemenag dan LPDP
Diiduga Dibuang, Lansia Tanpa Identitas Ditemukan dalam Got Area Puncak
Hujan Deras Akibatkan Beberapa WIlayah di Kota Bogor Terendam hingga Longsor
Pemkab Bogor Tentukan Standar Kenaikan Angkutan Umum
Ringgo Agus Rahman Heran: Kenapa Rumah Kita Banyak Tukang Nasgor, Bjorka Diburu
Kembali Jadi Sorotan,Tingkah Fuji di Hadapan Ashanty Buat Heboh
Sinetron Ikatan Cinta Episode 869 Tua Kritik
Deddy Corbuzier Soroti Kebijakan Pemerintah Menaikan Harga BBM
DPC K Sarburmusi NU Kabupaten Bogor Makin Eksis dengan Basis
Terampil Bahasa Turki Tanpa Les, Inilah Caranya
Matematika dikenal sebagai mata pelajaran yang dibenci banyak siswa.
Delegasi EdWG G20 Belajar Gotong Royong dari Tradisi Masyarakat Bali Asep GP
Cek Sosok Asli Bjorka, Hacker yang Klaim Retas Dokumen Penting Jokowi Hingga Bongkar Pembunuh Munir
Perjanjian Wali Murid Koran dan Pihak Pesantren Gontor Jadi Sorotan, Perjanjian Mengarah Kekebalan Hukum