• Kamis, 21 November 2024

PENGARUH DAN INTERKULTURALISME BAHASA MELAYU TERHADAP KERAJAAN ACEH

- Minggu, 18 Juni 2023 | 12:10 WIB
Ilustrasi (undefined)
Ilustrasi (undefined)

Bogor Times -Bahasa merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan, dan dianggap sebagai salah satu unsur yang paling mudah dikenal sebagai penanda suatu kebudayaan, karena dalam kehidupan sehari-hari unsur budaya inilah yang biasanya akan lansung diketahui ketika seseorang akan masuk dalam lingkungan sosial yang baru , dalam suatu masyarakat baru.

Begitu pula dengan bahasa melayu, Bahasa Melayu merupakan Lingua Pranca di wilayah Nusantara yang digunakan oleh masyarakat sebagai bahasa perantara untuk berkomunikasi antar berbagai suku dan bangsa-bangsa asing lainnya.

Setelah Islam masuk ke Aceh, kebudayan Aceh mulai dari bidang ekonomi, sosial, dan seni budaya selalu mencerminkan nilai-nilai Islami dan bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa perantara untuk berdagang, tetapi tidak begitu berkembang, karena pada zaman sebelum Islam perdagangan di Aceh tidak memperluas pasarannya .

Baca Juga: Tafsyir Surat Al-Fatihah

Setelah masuknya Islam, keadaan perdagangan di Aceh maju dan pasarnya juga tersebar ke pelabuhan-pelabuhan antar bangsa (Al-Attas,1990).

Masyarakat Aceh sangat taat beragama, memiliki adat istiadat yang tinggi dan melibatkan sistem budaya dalam berbagai kehidupan, serta kesatuan sosial masyarakat Aceh yang berakar pada adat dan agama.


Pengaruh Bahasa Melayu pada Kerajaan Aceh

Kedatangan Islam membawa pengaruh besar di Aceh, terutama dalam bidang bahasa maupun kesusasteraan, karena sumbangan agama Islam dalam pembentukan dan perkembangan bahasa Melayu sangat besar, yaitu dengan meningkatnya taraf sebagai alat penuturan intelektual dan sekaligus sebagai “Lingua Franca” untuk berhubungan dengan berbagai-bagai suku bangsa di Aceh. Bahasa Melayu muncul sebagai bahasa pengantar bahkan sebagai bahasa sarjana dan para cendekiawan yang terkemuka.

Sejajar dengan pengangkatan mengangkat bahasa Melayu itu ialah pengenalan abjad Arab Jawoe (Jawi), dan melalui abjad Arab barulah bahasa Melayu menjadi sebagai bahasa sastra yang populer (Abdullah, 1990).

Bahasa melayu juga telah lama menjadi bahasa budaya nusantara, bahasa yang digunakan para pedagang muslim untuk menyebarkan agama islam ke nusantara, dan juga digunakan sebagai bahasa perantara perdagangan, namun tidak berkembang seperti pada zaman pra islam. pasar tidak begitu umum, tetapi setelah kedatangan Islam, situasi perdagangan di Aceh berkembang pesat.

Ḥamzah Fanṣūrī banyak mengarang karya tulis dalam bahasa Melayu, meskipun beberapa di antaranya dibakar atas perintah Iskandar thānī dan Nūr al-Dīn al-Ranīrī dan muridnya Syekh Syams al-Dīn ibn 'Abd Allāh karena melakukan dosa Islam al Samamrānī juga banyak mengarang literatur berbahasa Arab dan Melayu.

Adapun dalam salah satu karyanya Mir'at alMu'min mengemukakannya bahawa mengapa karya satra ditulis dengan bahasa Melayu, karena orang Aceh pada masa itu tidak banyak yang memahami bahasa Arab dan bahasa Parsi, melainkan yang mereka pahami adalah bahasa Pasai atau bahasa Melayu/Jawi ( Soelaiman, 2003: 144).

Bahasa Melayu mempunyai pengaruh yang besar, karena bahasa Melayu selain digunakan sebagai bahasa resmi dan bahasa pengetahuan juga berperan penting dalam penyebaran agama Islam bagi kerajaan Pasai dan Aceh.

Darussalam, Bahasa Melayu pun digunakan sebagai bahasa untuk mengungkapkan perasaan, menjadikannya sebagai bahasa sastra, dipadukan dengan syair, syair, pantun, gurindam, dan bahasa Melayu lainnya, menjadikan sastra Melayu berkembang subur di Kerajaan Aceh saat itu (Djajaninggrat, 1981): 270 ).

Padahal, peninggalan budaya banyak yang ditulis dalam bahasa Melayu dan sangat sedikit yang ditulis dalam bahasa Aceh.
Bahasa melayu di aceh berkembang sangat luas terutama dalam bidang sastra, sehingga pada masa itu hampir semua karya ilmiah dan sastra para cendekiawan dan penyair aceh ditulis dalam bahasa melayu, dan karya sastra dan ilmiah tersebut telah menjadi standar seluruh bacaan-bacaan umum khususnya di wilayah Aceh sebagian besar merupakan bacaan keagamaan terjemahan bahasa Melayu, sekalipun itu tentang rukun iman, rukun Islam, atau ada uraian tentang Ikhsan, amal saleh, dan akhlak (Bakar, 1986). : dua puluh dua).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rajab Ahirullah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Wajah Baru Calon Bupati, Decan :Saya Siap Maju

Rabu, 20 Maret 2024 | 23:38 WIB
X