Bogor Times - Ketika menjadi seorang pejabat publik kritik adalah konsekuensi yang harus di terima seperti itu yang di tekankan Gubernur DK Jakarta Anies Baswedan.
Anis merasa santai saja ketika kritikan pendas bahkan makian yang di lontarkan dari publik kepadanya.
"Kalau berada di wilayah publik, harus siap jadi kotak pos kritik semua urusan," tutur Anies Baswedan dikutip Pikiran-rakyat.com dari pidatonya yang disiarkan kanal Youtube PAN TV pada 5 Oktober 2021.
Anies Menyarankan kepada pejabat yang tidak tahan di kritik atau baperan lebih baik berhenti jadi pejabat publik, karena pada dasarnya pejabat adalah publik figur dan orang memandang dari macam sudut pandang.
Baca Juga: MUI Kecamatan Tanjungsari Gerlar Gebyar Vaksinasi, di Sambut Antusias oleh Masyarakat
"Karena ya inilah paketnya berada di wilayah publik. Kalau tidak mau terima keluhan, tidak mau terima kritik, di rumah saja, urus burung dan rumah tangga," ucap Anies Baswedan.
Tidak hanya kritikan yang Anies Baswedan dapatkan ketika menjadi publik figur, caci maki sampai tudingan - tudingan yang tidak emndasar pernah menyasar kepadanya.
Tudingan yang kerap diterima Anies Baswedan adalah dinilai sebagai 'Gubernur Radikal' atau 'Gubernur Ekstrem'.
Baca Juga: Mandi Tidak Perlu di Lakukan Setiap Hari, Berikut Fakta - Fakta Menurut Dokter
"Jadi saya tidak mau jawab tudingan soal 'Gubernur Radikal', 'Gubernur Ekstrem', gak perlu. Kenapa? Karena cukup dijawabnya dengan perjalanan waktu," sebut Anies Baswedan.
Anies Baswedan kemudian memberi tantangan untuk pihak-pihak yang kerap melontarkan tudingan semacam itu kepada dirinya.
"Tolong tunjukkan kebijakan mana yang radikal dari Gubernur DKI. Tolong tunjukkan kebijakan mana yang dikriminatif, tolong tunjukkan kebijakan mana yang tidak mengayomi kepada semuanya. Kalau tidak ada, batalkan semua tudingan itu," sebut Anies Baswedan.
Baca Juga: Bangkitnya Demokrasi Terpimpin di Era Jokowi
Dalam menyikapi semua suara-suara miring tentang dirinya, Anies Baswedan punya cara tersendiri.