Bogor Times- Hari Selasa adalah hari di mana ulama besar Nusantara bernama KH Maimun Zubair tutup usia. Tak ada yang menduga bahwa ulama karismatik tersebut telah lama berharap meninggal di hari tersebut dan dinyatakan oleh beliau dan disaksikan oleh uama se-kelas Profesor Doktor Kyai Haji Said Aqil Siradj.
Serta, tak banyak yang mengetahui bahwa permintaan KH Maimoen Zubair tersebut bukan tanpa alasan beberapa keluarga terdekatnya meninggal di hari yang sama. Seperti ayah dan kakeknya.
"Saya mendengar langsung keinginan Mbah Moen dari beliau sendiri," tulis Kiai Said mengutip NU Online.
Baca Juga:172 Pimpred PRMN Ganti nama Koruptor dengan Maling Rampok, Garong Uang Rakyat
Menurut Kiai Said, Mbah Moen pernah bercerita bahwa ayah, kakek, hingga buyutnya meninggal setiap hari Selasa. Oleh sebab itu, dirinya pun akan meninggal hari Selasa.
“Ayahku, mbahku, buyutku meninggal hari Selasa. Aku pun ingin hari Selasa,” ungkap Kiai Said menirukan ungkapan Mbah Moen.
Salah seorang menantu Mbah Moen KH, KH Zuhrul Anam Hisyam (Gus Anam) melalui akun Facebooknya menyampaikan tentang keinginan mertuanya tersebut serti meminta didoakan orang lain agar keingininannya itu dikabulkan Allah.
“Mbah Yai Maimun pernah dawuh, minta didoakan meninggal pada hari Selasa karena biasanya orang ahli ilmu itu meninggalnya hari Selasa. Dan minta didoakan meninggal di Makkah pas haji,” kata Gus Anam melalui Facebooknya yang diakses NU Online Selasa (6/8) pukul 11.25. “Masya Allah, diijabah oleh Allah semuanya,” lanjut kiai yang tinggal di Banyumas ini.
Ternyata memang betul, Allah mengabulkan keinginan Mbah Moen tersebut. Ia meninggal dunia pada Selasa pukul 04.17 waktu Arab Saudi saat menjalankan ibadah haji di Makkah. Mbah Moen, kiai berusia 91 tahun ini berangkat ke Tanah Suci Makkah pada Ahad 28 Juli. Meskipun sudah lanjut, hampir setiap musim haji, pengasuh pondok pesantren Al-Anwar, Rembang, Jawa Tengah ini melaksanakan rukun Islam kelimat tersebut.
Pada saat wafatnya Mbah Moen merupakan seorang mustasyar (penasihat) PBNU. Pada muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur pada 2015 lalu, ia merupakan salah seorang dari sembilan ulama ahlul halli wal aqdi yang menentukan pemimpin tertinggi di NU, yaitu rais aam.