Bogor Times - Saat Muktamar NU 29 di Cipasung Tasikmalaya, orde baru masih sangat perkasa dan karena ketidaksukaan penguasa kepada Ketua Umum PBNU saat itu yaitu Gus Dur.
Dalam muktamar ini penguasa ingin figur lain untuk menjadi ketua, banyak kyai yang dianggap bisa menyaingi Gus Dur ditawari bahkan dipaksa untuk mau mencalonkan diri tapi menolak.
Akhirnya bersedialah seseorang yang bernama Abu Hasan yang kemudian disokong penuh oleh penguasa dengan dana dan intimidasi.
Baca Juga: 19 Cara Rhefresh Otak Agar Tidak Lemot
Baca Juga: Rektor UIKA : Jika Mahasiswanya Terbukti Lakukan Pemukulan, Kampus Beri Sanksi DO!
Baca Juga: Jhundi El Rahman dari Kabupaten Bogor Raih Piala di Tiga Kejuaraan MTQ
Di tengah kekalutan dan intimidasi serta iming-iming uang di arena muktamar banyak ketua PCNU yang goyah.
Di saat itulah almarhum KH. A. Idris Marzuqi bergerilya menemui segenap alumni Lirboyo yang menjadi pengurus NU di daerah-daerah agar jangan takut intimidasi dan tetap memilih Gus Dur sebagai Ketum PBNU.
Bahkan Mbah Idris sampai menyamar dengan memakai celana dan kaos serta topi agar tidak tercium oleh oknum berambut cepak yang berseliweran di arena muktamar.
Baca Juga: Lakukan Pembohongan Publik, Lesti Billar Akan Dilaporkan ke Polisi Oleh Netizen
Baca Juga: Viral.. Seperti Mau Ronda Pria Ini Naik Pesawat Terbang 'Selimutan' Sarung
Baca Juga: Bahaya Mempertuhankan Ibadah
Dan akhirnya Gus Dur terpilih kembali secara dramatis dan menegangkan.
Semenjak itu, keakraban Gus Dur dengan Mbah Idris semakin terjalin dan setiap kali ke Jawa Timur pasti Gus Dur menyempatkan untuk silaturrahim ke Lirboyo.
Bahkan memenuhi permintaan Mbah Idris untuk menempatkan muktamar NU di Lirboyo.