Tugas Baru Dunia Pendidikan Saat New Normal

- Senin, 1 Juni 2020 | 04:00 WIB
gambarrr
gambarrr


Bogor Times, Opini-Beragam respon dari berbagai kalangan bermunculan menjelang detik-detik dilaksanakannnya new normal ( kebiasaan normal baru ) di tengah pandemi covid-19 yang masih melanda ditengah – tengah masyarakat Indonesia. 





Dunia usaha tampaknya lega dengan diberlakukannya kebiasaan normal baru ini, karena segala bentuk usaha pelan – pelan akan dibuka kembali walau dengan protocol kesehatan yang cukup ketat, artinya ekonomi kita akan segera kembali bangkit dan pulih.





Pekerja pabrik akan segera kembali beraktifitas diperusahaan dimana mereka bekerja, karyawan hotel akan segera berkarya, dunia wisata akan kembali dibuka, maskapai penerbangan akan kembali menerbangkan pesawatnya secara normal, dunia transporrtasi akan kembali beroperasi, restoran dan hotel akan kembali melayani, yang  dengan demikian ekonomi keluarga juga akan kembali harmoni, karena penopang ekonomi keluarga akan kembali beriktifitas mengais rezki sesuai profesi.





Namun dibalik itu ada resiko yang cukup tinggi, karena Covid -19 bisa bersemayam ke siapa saja lebih – lebih jika kondisi tubuh dalam kondidi rentan. Kenapa beresiko? Tentunya karena  hingga saat ini kasus positip virus corona (Covid-19) di Indonesia masih terus bertambah, pun demikian angka kesembuhan juga terus mengalami  peningkatan.





Menurut juru bicara pemerintah terkait penanganan Covid -19 Achmad Yurianto hingga Sabtu  (30/5/2020) bertambah kasus baru sebanyak 557 kasus, sehingga total  kasus yang terjadi di Indonesia  sebanyak 25.773 pasien virus corona. Dari jumlah tersebut,  7.015  pasien dinyatakan sembuh dan 1.573 orang meninggal dunia. (TribunPalu.Com, Sabtu, 30 Mei 2020, 15.43) Respons dunia pendidikan khususnya pada tingkat PAUD hingga SLTA dan Pondok Pesantren tampaknya sebaliknya.





Walau mungkin ada beberapa siswa menyambut gembira, karena sudah terlalu lama dirumah hinga titik jenuh, akan tetapi tidak demikian dengan respons kebanyakan orang tua, lembaga pendidikan, tenaga pendidik dan kependidikan juga para penggiat perlindungan anak dan aktivis serta pengamat pendidikan.





Seorang pemborong bangunan (teman penulis), sebut saja pak My yang saat ini anak pertamanya kelas VII mau naik kelas VIII dan anak keduanya kelas II SD, cemas dan sangat mengkawatirkan kesehatan dan keselamatan anaknya jika kebiasaan normal baru ini dilaksanakan di sekolah.


Halaman:

Editor: Imam Shodiqul Wadi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gandeng Pemuda, PMII INAIS Gelar Pesantren Kilat

Minggu, 31 Maret 2024 | 16:13 WIB

Gaspool, Jaro Ade Siapkan Tim Sukses

Sabtu, 30 Maret 2024 | 06:00 WIB
X